Hilangnya Situs – situs Penting Sejarah Islam di Mekkah
Media setempat melaporkan, perusahaan Bin Laden untuk
sementara akan dilarang beroperasi dan pemerintah mengambil alih pekerjaan.
Sanksi ini berlaku hingga keseluruhan proses hukum terhadap kecelakaan ini
selesai dan penyelesaian hukum dalam kasus musibah Mekah rampung.
Raja Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud juga mengumumkan
setiap keluarga korban tewas dan cacat permanen dalam musibah Mekah pada 11
September, akan menerima santunan 1 juta riyal (sekitar $ 260.000) atau
berkisar Rp 3,8 miliar.
Korban luka akibat terimpa crane jatuh, akan menerima 500
ribu riyal (sekitar $ 130.000) atau berkisar Rp 1,9 miliar.
Di balik alasan membludaknya jemaah haji, banyak yang
mempertanyakan benarkah situs suci itu harus diperluas. Sejumlah pemerhati
situs suci ini sebagian membenarkan alasan itu. Namun, sebagian besar dari
mereka menyesali dan mengutuk proyek tersebut.
"Pemerintah Arab Saudi buat banyak alasan ini dan itu
yang katanya perluasan. Namun, nyatanya mereka justru merusak apapun di Mekah
yang berhubungan dengan kehidupan Nabi Muhammad SAW," terang Irfan
al-Alawi lagi, kepada The Guardian.
"Mereka telah membuldozer rumah istri Nabi, rumah cucu
dan pengikutnya. Sekarang pembangunan mulai merambah tempat lahirnya. Buat apa?
Buat hotel berbintang 7!" ketus pemimpin organisasi yang berbasis di
London itu.
Rumah Khadijah, istri Nabi Muhammad SAW kini sebagai pusat
toilet umum dengan jumlah 1.400 WC. Wilayah sekitarnya dipersiapkan untuk
parkiran bawah tanah dan perluasan jalan umum.
Proyek Perluasan Masjidil Haram sendiri dilengkapi dengan
berbagai proyek pendukung lain. Total pembesaran wilayah haji di Mekah sendiri
diperkirakan mencapai 1,47 juta meter persegi. Mulai dari jembatan layang,
lorong darurat, sampai saluran pembuangan air dibangun dengan panjang ribuan
meter. Belum lagi, 4.524 pengeras suara dan 6.635 kamera yang terpasang di
segala penjuru.
Di antara semua pembangunan itu, proyek Hotel Abraj Kudai
menyedot perhatian paling besar. Bangunan yang dirancang dengan ketinggian 600
meter atau 45 lantai dan kapasitas 10 ribu kamar itu menghabiskan SAR 13 miliar
atau sekitar Rp 49 triliun. Hotel mewah ini tadinya adalah rumah khalifah
pertama, Abu Bakar Sidiq.
Bangunan tersebut nanti akan terdiri dari 12 menara yang
menyimpan berbagai fasilitas. Mulai 70 restoran, lahan parkir bus, hingga,
pusat perbelanjaan. Termasuk pendaratan helikopter.
"Bekas-bekas jejak sejarah jaman Rasulullah sudah tidak
ada. Tempat di mana Nabi Muhammad dilahirkan juga sudah hilang. Habis semua
sudah. Kalau dilihat dari sudut pandang arkeologi, Nabi Muhammad seolah-olah
tidak pernah ada. Kenapa? Karena jejak arkeologinya sudah tidak ada,"
tutup al-Alawi.